Setetes demi tetes embun pagi meluncur bersamaan dengan sang
mentari yang masih malu- malu muncul. Ku buka tirai jendelaku untuk melihat
indahnya ciptaan-Nya. Aku tersenyum.
“ indah sekali” gumanku pelan.
Inilah kebiasanku setiap pagi. Habis sholat subuh, aku
lansung memandang keluar jendela. Aku mengkhayalkan betapa indah ciptaan Allah,
dan bersyukur aku masih bisa melihatnya.
Ketukan pintu kamarku membuat khayalanku bubar seketika.
“Tok,tok..tok, sayang ,,, ayo cepat siap-siap berangkat
sekolah” kata mama.
Aku sudah menduga pasti itu mama, yang tau kebiasaanku
setiap pagi.
“ia, ma….”kataku halus. Aku segera ke kamar mandi dan siap
siap ke sekolah. Ya sekolah baruku.
Tiba-tiba saja perutku berbunyi. Aku jadi tertawa sendiri
mendengarnya. Karena terlalu lapar aku segera turun ke lantai bawah dan menuju
meja makan. Ternyata orang tuaku telah menunggu disana.
“hari ini menunya apa bi’?” kataku sambil duduk pada bibi
Vina. Kebetulan bibi Vina juga ada di sana. Bibi vina adalah pembantu keluarga
kami. Ia sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri.
“nasi goreng cerah ala Bibi Vina yang special buat pagi yang cerah” kata bi’ Vina dengan narsis.
Bi’ Vina memang orang yang humoris, makanya aku tak pernah kesepian. Walaupun
aku tak punya saudara kandung.
“mmm, pasti enak … cobain ah” kataku sambil mennyendok nasi
goreng tersebut ke piringku.
“jangan lupa baca doa” kata ayah mengingatkan
“siiip, pasti bos” kataku sambil menghormat
Kami pun tertawa bersama. Oh ya, namaku Meysa Cintalya
Putri. Panggil aja meysa. Aku kelas 1 smp, hari ini adalah hari pertamaku masuk
sekolah. Aku tinggal di fantacy city di Wonderland Country. Dulu, aku dan orang
tuaku tinggal di Action city hanya saja karena bisnis keluarga jadi kami pindah
kesini.
***
SMP fashion art school, itulah nama sekolah baruku. Sekolah
ini untuk orang-orang pencinta seni ataupun fashion. Aku menginjakkan kaki di
sekolah ini untuk menjadi seorang pianist sejati, itulah mimpiku.
Aku terus melangkahkan kakiku untuk masuk ke kelasku. Jangan
heran, aku sudah mengetahui kelasku karena seluruh siswa yang lulus test ini
akan dikirimi e-mail yang berisi informasi untuk hari pertama ini.
Saat tiba di kelasku, aku tak melihat seorang pun di sini
padahal 5 menit lagi bel berbunyi. Aku juga baru menyadari bahwa sekolah ini
sangat sepi. Aku tak melihat seorang pun di sekelilingku. Aku semakin bingung.
“hmm, jangan jangan hari ini belum sekolah, atau aku salah
lihat e-mailnya!. Tunggu, tunggu ...” aku lansung meraih handphone di saku
seragam sekolahku. Dengan kilat khusus aku lansung buka e-mailku.
“ini benar…..hari ini jelas jelas tanggal 3 January, hari
ini seharusnya,,, tapi kemana semua orang, apa ada yang salah?… aduhhh ini
sebenarnya gimana sih?” omelku yang semakin bingung.
Tiba-tiba aku mendengar bunyi lendakan dari belakang
sekolah. Walaupun suaranya sangat kecil
tapi misterius …..
***
Bunyi itu lagi. Kali ini semakin besar. Akhirnya setelah
rasa takutku kalah tanding dengan rasa penasaran aku mulai mencari asal suara
itu, aku pergi ke taman belakang sekolah. Suara itu terdengar semakin besar dan
semakin besar sampai tiba tiba langkahku terhenti. Sebuah gerbang di taman
belakang yang didepannya di pasang spanduk bertuliskan “welcome new students from fashion art school”. Di
belakang gerbang itu terlihat ratusan orang siswa-siswi fashion art school.
Sepertinya mereka habis menonton sesuatu yang hebat diatas langit. Karena semua
pandangan mereka menuju ke atas. Sebagian dari menyadari kedatanganku lansung
memberi tatapan aneh sekaligus geli melihatku. Lama kelamaan semuanya berpaling
kepadaku, sampai akhirnya kepala sekolah menegurku.
“hey, students there, kenapa nggak masuk, kan dari tadi udah
mulai??”
Aku yang semakin bingung nggak tau harus bilang apa, aku
sangat terkejut dan malu.
“eeemm, eeee…., ini pak….., saya ,…., saya tidak tau… kalau
semua orang ada di sini … saya kira mungkin saya salah lihat tanggal untuk
masuk sekolah karena sekolah sangat sepi”. Kataku sambil menunduk.
Gerumunan suara siswa-siswi yang ada di lapangan mulai
muncul. Bisikan-bisikan komentar tentangku sudah didebatkan. Ada juga yang
sampai tertawa.
“bukannya ada tanda peringatan di gerbang masuk sekolah?”
“Astaga! Saking banyak lamunannya, aku jadi nggak merhatiin
kalo ada peringatan kaya’ gitu. Aku harus gomong apa?” kataku dalam hati.
Akhirnya aku mulai berani bicara karena sebelumnya aku diam
untuk menyusun kata-kata.
“maaf pak, saya,… saya… tidak lihat…, saya saja tahu karena
dengar ada suara di sini”
“ooh,… tidak apa apa kalau begitu, ayo silahkan bergabung,,
tadi itu suara kembang api atas ucarapan selamat datang buat murid baru sekolah
ini” kata bapak kepsek itu ramah.
“ooh, ternyata kembang api toh, pantas saja semua siswa
memandang ke langit,, kirain juga apa?” gumanku dalam hati sambil berjalan
menunduk masuk ke kerumunan siswa siswi, aku masih malu. Terdengar gerumunan
sura bisikan anak-anak yang aku yakin pasti tentangku.
Ada satu kejadian aneh lagi yang datang tiba-tiba hari ini.
Setelah kejadian tadi pak kepala sekolah lansung memanggilku kedepan dan bertanya kepadaku
sambil berbisik.
“apakah kamu akan masuk kelas piano? Saya tertarik dengan
kalung berbuah piano itu,, jadi saya pikir kamu akan masuk kelas piano”
“betul pak” kataku sopan
“bisakah kau bermain piano sekarang, pergilah ke samping
anggrek putih itu. Disana ada piano!” katanya sambil menunjuk piano disamping
pohong yang ditumpangi bunga anggrek putih yang sangat cantik.
Aku ragu sesaat.
“duh,,, apa yang harus kulakukan? Bagaimana ini? Apakah aku
bisa?” kataku dalam hati.
To be continued …