Wednesday, March 7, 2012

Countinued Story >>> Aneh!


Lama aku berdiri dalam diam akhirnya aku berusaha mengalahkan keraguanku.
“baiklah pak akan saya coba…!”
Aku segera menuju ke tempat piano tersebut. Aku merasakan ratusan ekor mata sedang memandangku. Aku berusaha untuk tetap tenang. Aku mulai duduk di depan sebuah piano berwarna hitam. Jari-jariku sudah menyentuh tuts-tuts piano tersebut. Dengan tarikan nafas panjang dan satu hembusan yang membuat jariku mulai menari di tuts-tuts piano tersebut. Di taman itu terdengar alunan lembut lagu “bintang kejora”. Setelah di jariku menekan tuts akhir aku berdiri dan  member hormat bak pianist professional. Semua tatapan kagum menoleh ke arahku dengan sorakan tepuk tangan. Aku sangat senang dan bangga. Kini ratusan ekor mata tadi tidak memberiku tatapan kurang enak lagi.
***
Satu per satu anak berjalan mendahuluiku masuk ke kelas pianist. Aku yang berjalan pelan ingin memandangi semuanya dengan jelas. Tersedia fasilitas piano untuk setiap anak, ada juga piano di depan kelas yang kurasa pasti milik guru pianist. Berbagai hiasan berupa not-not yang disusun indah sebagai hiasan dinding di setiap sundut ruangan. Di setiap piano juga tersedia sebuah buku album yang berisi lagu yang akan dimainkan nanti. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.
“hei girl, knapa nggak masuk?, ayo masuk miss akan memulai pelajarannya” kata si guru
Aku tersentak.
“iiiii, iiya, miss!” kataku.
Aku segera bergegas ke tempat dudukku. Semua anak di kelas itu memandangku kagum. Aku jadi salah tingkah. Cepat-cepat kualihkan pikiranku dan konsentrasi pada pelajaran yang diajarkan. Hari ini miss Dena mengajarkan kami lebih pada pengenalan, baik pengenalan piano pada dasarnya maupun pengenalan anak 1 persatu. Ada satu anak yang tingkahnya sangat aneh namanya Risa. Saat memperkenalkan diri, ia hanya menyebutkan seadanya saja. Selainnya dia hanya diam. Kelihatan sekali anak itu anak yang polos. Aku kasihan dengan dia, banyak yang memberikannya pandangan tak suka. Oh ya, satu lagi anak yang paling aneh namanya Erik. Saat aku yang mendapatkan kesempatan ke depan untuk memperkenalkan diri. Dia senyum-senyum nggak jelas. Yang lebih aneh lagi saat dia yang maju kedepan dia juga senyum senyum terus, dan pandangannya cuman padaku. Syukur teman sebelahku Vonica menegurku dan berlanjut dengan obrolan pendek. Vonica adalah teman samping kiriku, teman samping kananku adalah Risa si Misterius. Kayaknya aku tertarik berteman dengannya. Istirahat nanti aku akan mengajaknya ke kantin bareng ah!,,, aku tak sabar lagi bel isitirahat.
***
Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiingggggggggggggggggggggggggg
Bel impianku berbunyi,,,, aku bergegas ke tempat Risa.
Aku tak tau harus mulai dari mana reflex yang keluar dari mutku hanya :
“Hii” dengan senyum khasku aku menyapanya.
“emmm,eeee, hi”
Ternyata senyumnya manis. Akan tetapi dia sangat pendiam. Kelihatan sekali dia senang disapaku. Melihat itu aku otakkupun berjalan licin. Ku ajak dia ngobrol tentang lebih banyak lagi. Ternyata dia orang yang sangat mengasikkan. Satu lagi, tadi waktu memperkenalkan diri di depan dia sangat gugup. Makanya dia hanya berbicara seadannya saja.
“Upss,, perutku bunyi nih” gumanku dalam hati!
“Ris, kita ke kantin yuk!” ajakku
“yuk,,, aku juga pengen lihat makanan disini itu kayak gimana?
“he-eh,, nyoook!!”
Kami berjalan sambil sesekali cekikikan ketika ada obrolan kami yang lucu. Sampai di depan kantin tawaku lenyap. Ada sekerombolan anak di tempat itu yang memandangku remeh dengan wajah mencemoh. Aku bingung. Karena tak mau memperpanjang masalah dan juga melihat raut wajah Risa yang berubah aku berusaha melewati mereka. Kami segera memesan makanan.
“kamu makan apa?’ kata Risa padaku
“aku bakso aja deh!”
“ Ya sudah, aku juga bakso, minumnya the manis aja ya”
“siiip”
Setelah mengambil makanan kami lansung pergi mencari tempat kosong. Setelah dapat tempat yang strategis kami pun mulai menyantap makanan kami. Ternyata makanan disini enak yah!. Setelah selesai makan aku bermaksud untuk membeli pisang goreng sebagai makanan penutup (ala kami). Saat aku ingin kembali ke meja tempatku tadi, tiba tiba pundakku tersenggol keras.
“aaauuuuuu,”jeritku. Siapa sih nih,, untung saja pisang. gorengku tidak tumpah. Kalau ia awas saja. Aku berblik ke asal senggolan keras tadi. Ya ampun anak-anak itu lagi sebenarnya mereka kenapa sih. Aku memandang mereke heran. Sabar Meysa,, sabar!. Aku tidak mau cari masalah segera kutinggalkan mereka. Saat selesai makan, aku mengajak Risa keliling sekolah. Aku ingin mengenal lebih tentang sekolah baruku. Saat sampai ke lapangan basket, tiba tiba ada yang memanggilku.
“sya… meysa!”
Aku berbalik. Ya ampun si murah senyum, erik! Aku hanya diam dengan pandangan penuh Tanya.
Dia senyum lagi trus bilang “hiiii” DOANG.
Karena aku tidak mau dibilang tidak sopan ya aku balas juga
“Hii” senyum dikit lansung pergi.
Baru saja beberapa langkah kami berjalan. Eh datang halangan lagi. Kayaknya hari ini akan jadi hari yang panjang. Anak-anak itu lagi apa sih mau mereka. Tiba lansung datang menghalangi.
“emm, maaf kami mau lewat”
“Den, mereka mau lewat!” kata seorang anak dengan cara mencemoh disusul dengan tawaan teman teman mereka yang lain
“mau lewat yah,,, hmm, ada satu syarat” kata cewek yang dipanggil ‘den’ tadi
Aku menghela nafas panjang. Kupikir kali ini mengalah saja. Masa’ cuman mau lewat saja harus pake syarat dari mereka. Emang sekolah ini milik nenek moyang mereka gitu. Tapi aku tidak suka masalah ini jadi rumit. Yah apa boleh buat!
“syarat apa?” kataku.
Aku baru sadar jari Risa menggengamku kuat. Kalau sudah begini aku tak tau haru berbuat apa…
To be continued….

2 comments:

  1. Pertanyaan Erik it laki2 ato cwk ??
    Lanjutanx ??

    ReplyDelete
  2. ya cowok lah kan!! jelas - jelas nama ERIK, masa cowok kecuali ERIKA, baru!!
    Tuhan tolong!
    lanjutannya, sabar neng :p
    orang sabar di sayang tuhan :)

    ReplyDelete