Lama aku berdiri dalam diam akhirnya aku berusaha
mengalahkan keraguanku.
“baiklah pak akan saya coba…!”
Aku segera menuju ke tempat piano tersebut. Aku merasakan
ratusan ekor mata sedang memandangku. Aku berusaha untuk tetap tenang. Aku mulai
duduk di depan sebuah piano berwarna hitam. Jari-jariku sudah menyentuh
tuts-tuts piano tersebut. Dengan tarikan nafas panjang dan satu hembusan yang
membuat jariku mulai menari di tuts-tuts piano tersebut. Di taman itu terdengar
alunan lembut lagu “bintang kejora”. Setelah di jariku menekan tuts akhir aku
berdiri dan member hormat bak pianist
professional. Semua tatapan kagum menoleh ke arahku dengan sorakan tepuk
tangan. Aku sangat senang dan bangga. Kini ratusan ekor mata tadi tidak
memberiku tatapan kurang enak lagi.
***
Satu per satu anak berjalan mendahuluiku masuk ke kelas
pianist. Aku yang berjalan pelan ingin memandangi semuanya dengan jelas.
Tersedia fasilitas piano untuk setiap anak, ada juga piano di depan kelas yang
kurasa pasti milik guru pianist. Berbagai hiasan berupa not-not yang disusun
indah sebagai hiasan dinding di setiap sundut ruangan. Di setiap piano juga
tersedia sebuah buku album yang berisi lagu yang akan dimainkan nanti.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.
“hei girl, knapa nggak masuk?, ayo masuk miss akan memulai
pelajarannya” kata si guru
Aku tersentak.
“iiiii, iiya, miss!” kataku.
Aku segera bergegas ke tempat dudukku. Semua anak di kelas
itu memandangku kagum. Aku jadi salah tingkah. Cepat-cepat kualihkan pikiranku
dan konsentrasi pada pelajaran yang diajarkan. Hari ini miss Dena mengajarkan
kami lebih pada pengenalan, baik pengenalan piano pada dasarnya maupun
pengenalan anak 1 persatu. Ada satu anak yang tingkahnya sangat aneh namanya
Risa. Saat memperkenalkan diri, ia hanya menyebutkan seadanya saja. Selainnya
dia hanya diam. Kelihatan sekali anak itu anak yang polos. Aku kasihan dengan
dia, banyak yang memberikannya pandangan tak suka. Oh ya, satu lagi anak yang
paling aneh namanya Erik. Saat aku yang mendapatkan kesempatan ke depan untuk
memperkenalkan diri. Dia senyum-senyum nggak jelas. Yang lebih aneh lagi saat
dia yang maju kedepan dia juga senyum senyum terus, dan pandangannya cuman
padaku. Syukur teman sebelahku Vonica menegurku dan berlanjut dengan obrolan
pendek. Vonica adalah teman samping kiriku, teman samping kananku adalah Risa
si Misterius. Kayaknya aku tertarik berteman dengannya. Istirahat nanti aku
akan mengajaknya ke kantin bareng ah!,,, aku tak sabar lagi bel isitirahat.
***
Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiingggggggggggggggggggggggggg
Bel impianku berbunyi,,,, aku bergegas ke tempat Risa.
Aku tak tau harus mulai dari mana reflex yang keluar dari
mutku hanya :
“Hii” dengan senyum khasku aku menyapanya.
“emmm,eeee, hi”
Ternyata senyumnya manis. Akan tetapi dia sangat pendiam.
Kelihatan sekali dia senang disapaku. Melihat itu aku otakkupun berjalan licin.
Ku ajak dia ngobrol tentang lebih banyak lagi. Ternyata dia orang yang sangat
mengasikkan. Satu lagi, tadi waktu memperkenalkan diri di depan dia sangat
gugup. Makanya dia hanya berbicara seadannya saja.
“Upss,, perutku bunyi nih” gumanku dalam hati!
“Ris, kita ke kantin yuk!” ajakku
“yuk,,, aku juga pengen lihat makanan disini itu kayak
gimana?
“he-eh,, nyoook!!”
Kami berjalan sambil sesekali cekikikan ketika ada obrolan
kami yang lucu. Sampai di depan kantin tawaku lenyap. Ada sekerombolan anak di
tempat itu yang memandangku remeh dengan wajah mencemoh. Aku bingung. Karena
tak mau memperpanjang masalah dan juga melihat raut wajah Risa yang berubah aku
berusaha melewati mereka. Kami segera memesan makanan.
“kamu makan apa?’ kata Risa padaku
“aku bakso aja deh!”
“ Ya sudah, aku juga bakso, minumnya the manis aja ya”
“siiip”
Setelah mengambil makanan kami lansung pergi mencari tempat
kosong. Setelah dapat tempat yang strategis kami pun mulai menyantap makanan
kami. Ternyata makanan disini enak yah!. Setelah selesai makan aku bermaksud
untuk membeli pisang goreng sebagai makanan penutup (ala kami). Saat aku ingin
kembali ke meja tempatku tadi, tiba tiba pundakku tersenggol keras.
“aaauuuuuu,”jeritku. Siapa sih nih,, untung saja pisang.
gorengku tidak tumpah. Kalau ia awas saja. Aku berblik ke asal senggolan keras
tadi. Ya ampun anak-anak itu lagi sebenarnya mereka kenapa sih. Aku memandang
mereke heran. Sabar Meysa,, sabar!. Aku tidak mau cari masalah segera
kutinggalkan mereka. Saat selesai makan, aku mengajak Risa keliling sekolah.
Aku ingin mengenal lebih tentang sekolah baruku. Saat sampai ke lapangan basket,
tiba tiba ada yang memanggilku.
“sya… meysa!”
Aku berbalik. Ya ampun si murah senyum, erik! Aku hanya diam
dengan pandangan penuh Tanya.
Dia senyum lagi trus bilang “hiiii” DOANG.
Karena aku tidak mau dibilang tidak sopan ya aku balas juga
“Hii” senyum dikit lansung pergi.
Baru saja beberapa langkah kami berjalan. Eh datang halangan
lagi. Kayaknya hari ini akan jadi hari yang panjang. Anak-anak itu lagi apa sih
mau mereka. Tiba lansung datang menghalangi.
“emm, maaf kami mau lewat”
“Den, mereka mau lewat!” kata seorang anak dengan cara
mencemoh disusul dengan tawaan teman teman mereka yang lain
“mau lewat yah,,, hmm, ada satu syarat” kata cewek yang
dipanggil ‘den’ tadi
Aku menghela nafas panjang. Kupikir kali ini mengalah saja.
Masa’ cuman mau lewat saja harus pake syarat dari mereka. Emang sekolah ini
milik nenek moyang mereka gitu. Tapi aku tidak suka masalah ini jadi rumit. Yah
apa boleh buat!
“syarat apa?” kataku.
Aku baru sadar jari Risa menggengamku kuat. Kalau sudah
begini aku tak tau haru berbuat apa…
To be continued….
Pertanyaan Erik it laki2 ato cwk ??
ReplyDeleteLanjutanx ??
ya cowok lah kan!! jelas - jelas nama ERIK, masa cowok kecuali ERIKA, baru!!
ReplyDeleteTuhan tolong!
lanjutannya, sabar neng :p
orang sabar di sayang tuhan :)