“syaratnya, kamu
harus …..” tiba tiba anak itu terdiam kaget dan memeandang sesuatu yang ada di
belakangku.
“aku harus apa??? …”
“eehmmm, kalian ngapain?” Tanya seseorang di belakangku
Ya ampun Erik lagi hufffff, tak apalah kali ini dia jadi
dewa penyelamat bagi aku dan Risa.
“eeemmmm, eee, oh iya lagi itu, lagi mau nanya ama Meysa dia
belajar piano dimana, kok bisa pintar gitu?” kata anak itu. Dia ini emang
pintar ngibul.
“ooo, tapi tadi kalau nggak salah kamu bilang Meysa harus
melakukan sesuatu…,, Meysa harus apa?”
“eeee,,mmmm, oohhh.. Meysa harus ajarin aku cara main
piano.. gitu.,, iya kan sya?
(apaaaaa???? Ck,ck,ck ini anak emang tukang ngibul yah… kalo
saja tidak ada Risa disampingku… ini anak pasti sudah kuhajar. Kesabaranku
sudah meluap karenanya.)
“iyaaaa kannn sya?” dengan nada yang lebih tegas.
“eeeehmm,,,, terserah kamu saja (aku pengen pergi disini.
Pengen cepat-cepat menghilang dari kamu,, Tauuu?)” kataku judes
“Oh, gitu ya! Aku kira ada apa?, ya sudah aku main basket
lagi, oh iya kamu jatuhin ini tadi” kata Erik
“Ya ampun,kalungku,,, thanks ya. Ini benda paling berharga
buat aku” kataku.
Hmm, kayaknya point plus nih buat erik. Sebelum erik pergi
aku dan Risa cepat cepat menjauh dari anak itu.
“ Oh, kalau gitu aku mau ke kelas tadi Vonica suruh aku
cepat ke kelas” kataku bohong, bohong demi kebaikan nggak apa apa kan?
Sampai di kelas kami pun mulai merasa lega.
“Ris, pokoknya kalau bel pulang nanti kita nggak boleh
ketemu mereka lagi, kita harus jauhin mereka!” kataku.
“iya, bener .., bener!”
***
“hoaaaammmmmmmm,,,,,”
Pagi yang biasa. aku pun mulai melaksanakan semua yang biasa
ku lakukan di pagi hari termasuk melaksanakan kebiasaanku tiap pagi yaitu
memandang keindahan dunia…. Kulihat jam mini yang terletak diatas meja miniku
juga. Pukul 05.15, ya ampun kayaknya tidurku semalam memang tidak nyenyak
karena memikirkan semua hal yang terjadi kemarin. Biasanya jam segini aku sudah
merasa segar tapi kepalaku sedikit nyutnyutan, mungkin karena belum mandi.
Secepat mungkin aku melakukan semua persiapan sekolah dan berangkat ke sekolah.
Mudah-mudahan hal kemarin tak terulang lagi.
***
Baru saja aku melangkahkan kaki beberapa langkah seseorang
sudah memanggilku di belakang.
“Meysa, Meysa…..”
Dengan malas aku berbalik dan berharap bukan orang itu.
Lega. Ternyata Risa.
“eh Ris, Kita ke kelas bareng yuk”
“ayo,, aku negur kamu juga supaya kita ke kelas bareng..”
Aku dan Risa melajutkan perjalanan masuk ke kelas sambil
ngobrol kecil. Beberapa meter dari kelas aku bisa melihat ada anak yang
kemaren. Sepertinya dia sedang menungguku. Bukannya takut tapi aku tak mau
memperpanjang masalah, kalau saja aku kesana, kalau saja emosiku tak bisa
tertahan lagi,,, pasti keributan akan muncul lagi, terus lama kelamaan perang
mulut, nggak tahan lagi, perang fisik.. lewat guru aku pun kena jewer, masuk ke
ruang kepala sekolah, terus orang tuaku dikirimi surat… teruss aku dikelua…
“Sya…,, Meysa” Risa mendorong dorong tubuhku…
Aku berbalik
“ya ampun Meysa,, dari tadi itu aku panggil nama kamu.. kamu
nggak dengar… malah melamun lagi,, kalo kesambet gimana hayo?
“hehehehe,,, maaf” (aku terus tertawa.. soalnya dari tadi
aku berpikir hal konyol dan terlalu jauh padahal ternyata Risa dari tadi
memanggilku)
“yahh,, dia malah ketawa.. kamu nggak sakit kan sya?
“iihhh,, nggak sampe gitu lagi.. tuh (menunjuk ke anak
nyebelin) aku lagi mikirin itu… kita nggak usah ke kelas dulu aku tak mau nyari
rebut!”
“aku juga lagi mikirin dia lagi,, aku juga mau kasih tau
itu.. ya sudah kita ke kantin saja dulu!”
Belum sempat kami melengkah terdengar suara di belakanh
“eeeehhhh,,, mau kemana??? Dari tadi kita tungguin malah mau
pergi!” katanya dengan nada ejek
To be continued….