Yuk, hidup dengan rumus SAKU!
Oleh : @aisyah_airy
Tidak
ada seorang manusia pun yang tidak menginginkan kebahagiaan. Bahkan, banyak
diantara mereka menghalalkan segara cara demi kebahagiaan. Namun, terlalu
banyak definisi kebahagiaan berdasarkan persepsi mereka. Mereka mengambil
standar dunia untuk mendefinisikan kebahagiaan. Alhasil, menjadi semakin kaya,
semakin gagah, semakin cerdas, semakin tinggi martabat, semakin terkenal akan
menjadi orang yang paling bahagia menurut mereka. Lihatlah, apa akibat definisi
itu?. Orang miskin mencuri karena ingin kaya, klinik operasi plastik menjadi
tren, korupsi merajarela, Krisis moral mengalami peningkatan. Inilah akibat gaya
hidup manusia yang bertolak ukurkan nafsu mereka.
Ada hikmah yang dapat kita petik
dari kejadian pada tanggal 19 November 2005. Dilansir dari inet.detik.com,
seorang putri pewaris perusahaan
terdepan dibidang teknologi komunikasi yang ditetapkan sebagai keluarga terkaya
di korea selatan, meninggal dunia karena bunuh diri. Gadis cantik itu
dikabarkan meninggal dunia karena depresi berat. Kejadian ini seakan akan
menolak definisi kebahagiaan yang mereka tetapkan. Lantas, seperti apa definisi
kebahagiaan yang sebenarnya? Berikut adalah rumus SAKU ala muslim agar dapat
hidup bahagia;
1.
ShaZiQu (Shalat, Zikir, dan baca Quran)
Al Hasan al-Bashri mengatakan, “Carilah kenikmatan
dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Alquran,
jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan
dalam tiga hal itu maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup
bagimu”. Inilah
definisi kebahagiaan yang dituturkan oleh salah satu ulama muslim yang masyhur.
Ketiga hal
ini (ShaZiQu) sebenarnya adalah bagian dari mengingat Allah. Definisi
kebahagiaan ini diperkuat dengan dalil dalam Alquran, Allah berfirman “Orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah, hati menjadi tenteram” (QS
ar-Ra’du:28).
Cerita dari seorang youtuber asal korea
selatan yang beraktivitas di Indonesia seakan akan menjadi salah satu bukti
kebenaran definisi kebahagiaan dalam islam ini. Dikutip dari
muslim.okezone.com, youtubers
korea dengan inisial (UO) itu mengatakan bahwa dirinya dulu tidak merasakan
kebahagiaan meskipun memiliki kondisi finansial yang stabil. Namun, saat
meilihat teman-teman yang beragama Islam, ia bisa merasakan kebahagian yang
mereka miliki. Hal tersebut akhirnya membuat UO merasa penasaran sehingga
memutuskan untuk masuk Islam. Ia ingin merasakan kebahagiaan yang belum pernah
ia rasakan selama hidup, yang kemudian ia akui mulai merasakannya setelah masuk
islam.
Allah
berfirman di dalam alquran “Barang siapa yang
mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta.” (QS.
Thoha: 123-124). Ayat ini memberikan pelajaran kepada kita dalam mengambil
hikmah dari kisah nyata pertama dan kedua, bahwa definisi kebahagiaan manakah
sebenarnya yang patut kita ikuti.
2.
Kunyit (Kuncinya Niat yang bergantung pada Allah)
Kunci bahagia yang
paling utama adalah ikhlas atau lurusnya
niat karena Allah. Ketika kita telah menerapkan hal ini dalam aspek kehidupan
kita, niscaya kita tak akan pernah tersesat. Ingatlah, apa yang diperingatkan
kita dalam hadist sahih tentang kisah seorang pembunuh yang membunuh 100 orang
dapat masuk surga sebaliknya seorang penghafal quran yang lebih dulu dilempar
malaikat ke neraka. Semua itu karena niat. Amalan terakhir sang pembunuh yang
bertaubat mengharapkan ridha Allah, dan amalan sepanjang hidup seorang
penghafal quran yang ingin dipuji dengan hafalannya.
Kisah ini dalam memberi pembelajaran pada
hidup kita, apapun profesi kita, aktivitas kita, kebiasaan kita, ketika kita
bergantung hanya pada Allah, hal tersebut walaupun sulit akan mendatangkan
kebahagiaan kepada kita. Seorang penghafal quran yang ikhlas, seberapa pun
lelah dan tantangan yang ia dapatkan dalam menghafal quran atau dengan bertubi
tubi cobaan hidup yang datang ia akan tetap bahagia. Perasaan capek, sedih
memang ada, namun hati mereka selalu tenang dan selalu punya tempat untuk
mengadu (Allah). Sebaliknya, mereka yang berada di Negara asia timur yang
diketahui sebagai Negara dengan tingkat bunuh diri yang tinggi. Negara yang
menjunjung tinggi norma norma kemanusiaan, kemajuan teknologi, keelokan paras,
namun ketika salah seorang dari mereka mendapatkan musibah yang kecil, mereka
tidak punya tempat berpaling. Maka jelaskan ketika banyak berita dari Negara
mereka, banyaknya yang bunuh diri dan depresi karena masalah masalah kecil
seperti bertengkar dengan teman, putus cinta, tidak diterima kerja, dan
sebagainya.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,“Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang
yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang yang beriman hanya akan
mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tidak pernah terjadi kecuali
untuk orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kesenangan maka dia akan
bersyukur dan hal tersebut merupakan kebaikan untuknya. Namun jika dia
merasakan kesusahan maka dia akan bersabar dan hal tersebut merupakan kebaikan
untuk dirinya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Bergantung
pada selain Allah adalah hal yang paling merugikan di dunia ini. Karena
hakikatnya, manusia tidak akan pernah peduli seberapa kayanya kita, seberapa
gagahnya kita, seberapa cerdasnya kita, setinggi apa jabatan kita dan
seterkenal apa kita. Yang manusia peduli, adalah seberapa bermanfaatnya kita
pada mereka. Namun masih banyak kita yang menaruh harapan pada manusia lain dan
mengaggap kita spesial. Padalah berharap kepada manusia itu pasti selalu
berujung kekecewaan. Sedangkan janji Allah dalam alquran, kekita kita
bergantung kepadaNya, kita tidak akan pernah kecewa.